Selasa, 26 Mei 2015

Revolusi Batin


Ku coba tuk menenangkan diri
Ku coba tuk menghibur diri
Ku coba tuk mengobati diri
Ku coba tuk menyehatkan diri
Ku coba tuk menguatkan diri

Untuk apa?
Untuk apa?!
Untuk hati agar selalu aman!
Meskipun hanya sesaat
Meskipun hanya sekejap
Meskipun hanya sebentar
Itu semua berarti bagiku

Kau
Bagaikan buah persik
Yang begitu harum
Yang begitu indah
Yang begitu manis
Yang begitu banyak digemari

Tidak
Tidak seperti diriku!

Aku
Bagaikan buah kelapa
Yang berada diatas lalu jatuh
Yang dikupas sedikit demi sedikit
Yang dikruk sedikit demi sedikit
Yang diminum lalu menjadi urine
Yang diparud menjadi cair
Yang diperas hingga manfaat ku terambil
Yang dibuang menjadi sampa

Kau yang memulai perperang ini
Kau yang memulai pertempuran ini
Kau yang memulai permasalah ini
Kau yang memulai perkelahian ini
Kau yang memulai pertarungan ini
Kau yang memulai perhantaman ini

Saat ini yang kuinginkan adalah
Kedamaian
Ketenangan
Kesejahteraan
Kemakmuran
Ketenangan
Kemerdekaan

Yang ku rasakan saat ini adalah ketertindasan tiada henti<br>

Padahal
Tidak ada yang menjajah
Tidak ada yang menindas
Tidak ada yang mendiktator
Tidak ada yang memeras

Tetapi
Kenapa batin ini tidak tenang
Kenapa jiwa ini tidak tenang
Kenapa raga ini tidak tenang
Kenapa perasaan ini tidak tenang
Kenapa hati ini tidak tenang

Yang ku ingin kan adalah

Merdeka dari penjajahan batin ini

Minggu, 24 Mei 2015

kecapi Iblis

Ini cerita sebenernya cerita guru PKN gue yang pernah mainin kecapi iblis, yap tempatnya di Sumedang dan gue lupa lagi didaerah mana Sumedang nya itu, jadi, pada suatu hari guru PKN gue itu bertiga sama temennya, kalo ga salah mau buat skripsi(sorry lupa lagi, hehehhe) saat itu lagi nyari kontrakan, ya cuma beberapa malam aja dan saat udah nemu kontrakan tersebut beliau istirahat dan masuk ke salah satu kamar, saat buka celana uang kembalian beliau pun jatuh dan ada salah satu uangnya masuk ke kolong kasur dan saat mau ambil uang tersebut beliau liat pocong lalu teriak karena kaget, kedua teman beliau pun melihat dan beliau mencobanya lagi dan masih ada pocong tersebut tetapi teman beliau tidak melihat dan tidak percaya, beliau pun mengajak melihat bersama dan saat melihat bersama baru kedua teman beliau percaya karena sudah melihatnya. Lalu beliau punya rencana untuk mengeluarkan pocong itu bersama. Saat dikeluarkan bersama, yang dirasakan beliau itu empuk. Saat udah dikeluarkan ternyata itu kecapi yang dibungkusi kain kafan, beliau mencoba memainkannya. Mungkin agak lama memainkannya karena terlena alunan musiknya dan salah satu teman beliau mengingatkan bahwa dilangit-langit ruangan tersebut banyak sekali mahluk halus yang menonton. Saat beliau memberhentikannya mahluk halus pun hilang saat dimainkan lagi datang, mungkin kecapi ini untuk memangambil makhluk halus dan karena sudah tidak penasaran dan sudah tau akhirnya beliau membungkuskan kecapinya kembali dengan kain kafan

Rabu, 20 Mei 2015

awal kesedihan


Andai saja hidupku bahagia
Andai saja hidupku tak ada masalah
Andai saja hidupku tak ada tangisan
Andai saja hidupku tak ada dendam

Tapi kenapa
Kenapa!?
Aku selalu berandai-andai
Aku selalu menghayal
Aku selalu berharap

Tapi
Tindakan ku itu sungguh sia-sia
tindakan ku itu sungguh sangat percuma
Tindakan ku itu sungguh membuang waktu
Tindakan ku itu hanyalah bualan busuk
Tindakan ku itu hanyalah omong kosong

Memang tak ada artinya
Memang tak ada manfaatnya
Memang tak ada keuntungannya

Darah
Keringat
  Luka
Jeritan
Tangisan
Dendam

Sungguh berat dilupakan
Sungguh berat ditinggalkan
Sungguh berat dihilangkan
Sungguh berat dimusnahkan
Sungguh berat dihindarkan
Sungguh berat diabaikan

Tapi kenapa
Kenapa?!

Kau memberiku itu semua berulang kali
Hingga aku tak sanggup menahannya

Kau memang seperti putri yang bercinta bahagia bersama pangeranmu itu

Marah rasanya
Marah!!
Marah orang yang ku cintai dan sayangi menjalin kasih dengan orang lain
Rasanya memang tidak rela

Tapi
Tapi!
Ku renungkan sejenak
Bahwa aku bukanlah siapa-siapanya

Mungkin
Mungkin!
Aku hanyalah seorang puitis kegelapan gila yang melahirkan kebencian karena kasih sayang dan cinta

Aku memang belun merasakan indahnya cinta
Aku memang belum merasakan bunga cinta
Aku memang belum merasakan berbagi cinta
Aku memang belum merasakan setia kepada cinta
Aku memang belum merasakan melindungi karena cinta

Yang aku rasakan hanyalah terbang dan jatuh!
Yang aku rasakan hanyalah patah hati!
Yang aku rasakan hanyalah dendan tiada akhir!
Yang aku rasakan hanyalah menangis sia-sia!
Yang aku rasakan hanyalah sakit hati yang tidak terobati!
Yang aku rasakan hanyalah kebencian cinta!

Kau mungkin berdansa dengan pangeranmu dengan irama eropa kuno

Tapi aku hanya mengasah pedang kegelapan dengan ditemani angin kesunyian dan panasnya padang pasir

Yang aku inginkan adalah
Mengungkapkan perasaanku ini

Tidak peduli
Tidak!
Tidak peduli apa yang kau balas

Pujian
Hinaan
Ungkapan
Perasaan
Sesal
Sakit
Dendam
Aku tidak akan pernah peduli

Memang sungguh sakit ku menahannya
Sebenarnya aku tidak sanggup menahannya

Tetapi demi engkau yang aku cintai dan sayangi aku bertahan
Walaupun itu akan melahirkan kebencian
Walaupun itu akan melahirkan kedengkian
Walaupun itu akan melahirkan dendam

Aku tidak peduli jika

Keringat menjadi darah
Air mata menjadi darah

Tuhan pasti tau apa yang aku rasakan
Tuhan pasti kelak memberi pelajaran hidup yang baik

Hanya tuhan yang tidak pernah melukai


Sabtu, 16 Mei 2015

surat kesedihan


Kenapa?
Selalu saja kacau dengan perasaanmu
Dulu kenapa kau memberi harapan?
Kenapa menanamkan harapan?
Akhirnya tidak kau panen harapan mu itu
Engkau tertawa bahagia bersamanya
Aku hanya terisak sia-sia melihatmu

Kenapa?!
Yang ku bisa hanyalah menulis kesedihan dengan ponselku menyanyikan lagu kegelapan dan kesunyian hati

Sejenak ku berharap dan berkhayal
Jika kita menjadi satu hubungan dan satu hati
Jika kita saling berbagi perasaam
Jika kita hidup bersama dengan kebahagiaan

Selalu ku bertahan rasa sakit dan bualan ini
Terisak tiada akhir
Jeritan tiada hentinya
Tangisan darah mengalir seperti air terjun
Luka hati tak terobati

Selalu ku terbayang
Disini mungkin aku yang sangat peduli kepadamu selain keluargamu
tetapi kau sekarang mengabaikanku
Maafkan aku bila terlambat untuk memberi kasih sayang dan kepedulian ini

Sakit rasanya
Sakit!
Menahan prinsip hidup
Yang sangatlah susah dikendalikan
Hingga keringat menjadi darah ku bertahan demi prinsip

Bukan maksudku
Bukan!
Bukan maksudku untuk menggantungkan dirimu
Bukan aku
Bukan!
Prinsip inilah yang menggantungkan dirimu

Mengapa?
Mengapa?!
Kau tidak menunggu
Mengapa?
Aku belum mapan dan pantas untuk memiliki dirimu

Bersabarlah!
Tak peduli orang bekata apapun

Kau menjebakku
Kau menanam harapan
Kau membuang ku

Tak pantas seindah dirimu melakukan seperti itu
Tak pantas bidadari melakukan pekerjaan iblis

Curhatan mu
Suara mu
Canda dan tawa mu
Kesedihan mu
Selalu ku kenang
Walaupun kau bukan seorang pahlawan!
Kau hanyalah penindas seperti diktator

Hancur jiwaku
Hancur harapan
Hancur impian
Hancur hatiku
Itu yang kau lakukan tanpa kau sadari

Tetapi ingatlah
Ingatlah!
Selalu ada beribu maaf
Mespikun kau memberi beribu kehancuran

Tak sangup ku tuliskan kesedihan
Takan pernah sanggup
Takan!
Tetapi inilah untuk menghibur hatiku
Menenangkan hatiku

Takan pernah peduli kau beri kehancuran
Takan peduli berapa jumlah
Takan peduli berupa apapun

kenapa?
Kenapa?!
Kenapa kau menjebakku dengan sesadis ini
Hingga aku harus keluar dari akhir hidup ini?

Kau sejarah hidupku
Kenangan hidupku
Pelajaran hidupku
Harapan hidupku
Impian hidupku
Bahkan jiwa hidupku

Berusaha melupakan itu sulit
Kau membuat sejarah hidup disini
Sejarah bukanlah seni yang harus diagungkan

Takut
Takut!
Takut engkau terlukai oleh orang yang kau cintai

Takan pernah tenang
Takan!
Jika kau bersamanya

Dendam ku cukup dalam
Kau menggali dendamku
kau menanam dendamku
Kau memperluas dendamku
Kau memperbesar dendamku

Wajah indah dan hati polos mu
Takan pernah sadar apa yang kau lakulan pada diriku

Lelah tuk menahan
Lelah tuk disakiti
Lelah menulis kesedihan

Suatu saat apabila kau bertanya kepada diriku
Ku mungkin dan berusaha menjawab

Aku tidak apa-apa dan kau tenang aja

Tetapi hanya waktu untuk berubah

By: Arsyad Fauzi