Sabtu, 16 Mei 2015

surat kesedihan


Kenapa?
Selalu saja kacau dengan perasaanmu
Dulu kenapa kau memberi harapan?
Kenapa menanamkan harapan?
Akhirnya tidak kau panen harapan mu itu
Engkau tertawa bahagia bersamanya
Aku hanya terisak sia-sia melihatmu

Kenapa?!
Yang ku bisa hanyalah menulis kesedihan dengan ponselku menyanyikan lagu kegelapan dan kesunyian hati

Sejenak ku berharap dan berkhayal
Jika kita menjadi satu hubungan dan satu hati
Jika kita saling berbagi perasaam
Jika kita hidup bersama dengan kebahagiaan

Selalu ku bertahan rasa sakit dan bualan ini
Terisak tiada akhir
Jeritan tiada hentinya
Tangisan darah mengalir seperti air terjun
Luka hati tak terobati

Selalu ku terbayang
Disini mungkin aku yang sangat peduli kepadamu selain keluargamu
tetapi kau sekarang mengabaikanku
Maafkan aku bila terlambat untuk memberi kasih sayang dan kepedulian ini

Sakit rasanya
Sakit!
Menahan prinsip hidup
Yang sangatlah susah dikendalikan
Hingga keringat menjadi darah ku bertahan demi prinsip

Bukan maksudku
Bukan!
Bukan maksudku untuk menggantungkan dirimu
Bukan aku
Bukan!
Prinsip inilah yang menggantungkan dirimu

Mengapa?
Mengapa?!
Kau tidak menunggu
Mengapa?
Aku belum mapan dan pantas untuk memiliki dirimu

Bersabarlah!
Tak peduli orang bekata apapun

Kau menjebakku
Kau menanam harapan
Kau membuang ku

Tak pantas seindah dirimu melakukan seperti itu
Tak pantas bidadari melakukan pekerjaan iblis

Curhatan mu
Suara mu
Canda dan tawa mu
Kesedihan mu
Selalu ku kenang
Walaupun kau bukan seorang pahlawan!
Kau hanyalah penindas seperti diktator

Hancur jiwaku
Hancur harapan
Hancur impian
Hancur hatiku
Itu yang kau lakukan tanpa kau sadari

Tetapi ingatlah
Ingatlah!
Selalu ada beribu maaf
Mespikun kau memberi beribu kehancuran

Tak sangup ku tuliskan kesedihan
Takan pernah sanggup
Takan!
Tetapi inilah untuk menghibur hatiku
Menenangkan hatiku

Takan pernah peduli kau beri kehancuran
Takan peduli berapa jumlah
Takan peduli berupa apapun

kenapa?
Kenapa?!
Kenapa kau menjebakku dengan sesadis ini
Hingga aku harus keluar dari akhir hidup ini?

Kau sejarah hidupku
Kenangan hidupku
Pelajaran hidupku
Harapan hidupku
Impian hidupku
Bahkan jiwa hidupku

Berusaha melupakan itu sulit
Kau membuat sejarah hidup disini
Sejarah bukanlah seni yang harus diagungkan

Takut
Takut!
Takut engkau terlukai oleh orang yang kau cintai

Takan pernah tenang
Takan!
Jika kau bersamanya

Dendam ku cukup dalam
Kau menggali dendamku
kau menanam dendamku
Kau memperluas dendamku
Kau memperbesar dendamku

Wajah indah dan hati polos mu
Takan pernah sadar apa yang kau lakulan pada diriku

Lelah tuk menahan
Lelah tuk disakiti
Lelah menulis kesedihan

Suatu saat apabila kau bertanya kepada diriku
Ku mungkin dan berusaha menjawab

Aku tidak apa-apa dan kau tenang aja

Tetapi hanya waktu untuk berubah

By: Arsyad Fauzi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar